Advertisement

Responsive Advertisement

HAKIKAT PEMUDA MINANGKABAU



Pemuda adalah tiang negara, pemuda adalah aset bangsa untuk melanjutkan peradaban sebuah bangsa dan negara kedepan. Di tangan pemudalah segala harapan tertumpu demi kelanjutan pembangunan dan eksistensi bangsa dan negara ini di dunia, serta menjadikan bangsa ini lebih maju dan berjaya. Pemuda dengan segala potensi berupa fisik dan psikis yang masih prima mampu mengambil peran penting dalam berkarya, berinovasi sesuai dengan skill dan kompetensi masing-masing. Seperti yang termuat dalam situs http://www.indonesiastudents.com/pengertian-pemuda-menurut-para-ahli/ : Pemuda adalah individu yang berada pada tahap yang progresif dan dinamis, sehingga kerap kali pada fase ini dikatakan sebagai usia yang produktif untuk melakukan berbagai bentuk kegiatan, baik belajar, bekerja, dan lain sebagainya. Namun sangat disayangkan tantangan yang dihadapi era digital sekarang tidak berbanding lurus dengan semangat dan motivasi pemuda untuk mengambil peranannya ditengah masyarakat maupun didunia kerja. Terbukti dengan banyaknya pemuda yang cenderung tidak menyukai tantangan dengan berusaha untuk meraih sukses bahkan lebih menyukai segala perkara instan dalam berbagai urusan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan tidak sedikit terbawa arus kemajuan yang mengikis rasa Nasionalisme maupun nilai juang untuk maningkatkan kualitas kehidupan ke arah yang lebih baik.
Fenomena ini juga terjadi pada kepribadian pemuda Minangkabau sebagai salah satu bagian dari pemuda bangsa Indonesia. Jika melihat kebelakang terbentuknya Negara Republik Indonesia ini tidak terlepas dari peran pemuda Indonesia termasuk pemuda Minangkabau. Pemuda Minangkabau pada zaman dahulu terkenal dengan pemuda yang gigih, ulet, tekun berusaha untuk meraih sukses dalam kehidupannya. Namun pada kenyataannya zaman sekarang pemuda sudah banyak melupakan hakikat jati diri pemuda Minangkabau sebenarnya. Menurut Muharwan St.Gindo Ali selaku ketua FPABM (Forum Peduli Adat dan Budaya Minang) Kota Bukittinggi pada hakikatnya Ada 3 jenis pengelompokan pemuda di Minangkabau: 1)Pemuda Surau (Mesjid/Mushala), maksud dengan pemuda surau adalah pemuda yang melakukan aktifitas berbagai kegiatan di surau seperti shalat, mengaji, dan belajar silek. Di surau, pemuda memperdalam ilmu agama menyangkut mengaji, sholat, maka tidak heran ada istilah jika tidak sholat dan mengaji maka bukanlah termasuk pemuda Minangkabau. Selain belajar sholat dan mengaji di surau pemuda juga belajar adat istiadat Minangkabau, belajar bagaimana tata krama etika bersikap, berbicara, berpidato, pasambahan atau panitahan. Di surau pemuda juga mempelajari ilmu bela diri khas Minangkabau yaitu silek yang bertujuan agar pemuda Minangkabau adalah pemuda yang tangguh secara fisik tidak lemah dan tidak bermental rapuh. Pada zaman dahulu adalah hina kalau ada pemuda tidur dan berdiam diri di rumah, karena pemuda harus tidur di surau agar mempunyai kemandirian dan kemampuan secara pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu Agama maupun etika dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat 2)Pemuda Lapau, pemuda lapau maksudnya adalah pemuda yang duduk di warung (lapau) yang mana kegiatan di lapau melakukan diskusi santai (baciloteh) sambil bertukar informasi (diskusi) masalah nagari, adat, ekonomi dan semua topik yang tanpa disepakati mengalir dengan sendirinya menjadi pembicaraan yang hangat dan bermakna, tidak seperti zaman sekarang kegiatan pemuda di warung (lapau) hanya sekedar menghabiskan waktu dengan berhuru hara, main kartu bahkan berjudi. Seiring berkembangnya zaman, lapau yang semula merupakan tempat bersilaturahmi dan berdiskusi antar warga perlahan sudah digantikan dengan cafe-cafe, minimarket yang tidak lagi mempunyai fungsi edukasi dalam masyarakat, hanya memikirkan keuntungan secara materi semata 3)Pemuda Rantau, masyarakat Minangkabau sangat terkenal dengan tradisi atau kebiasaannya merantau, adapun tujuan dari kegiatan merantau pada umumnya ingin merubah nasib, meningkatkan status dalam finansial atau perekonomian dengan kegiatan berdagang, selain itu tujuan dari merantau juga ingin mempraktekkan ilmu yg didapat di surau dan lapau, kegiatan ini sangat familiar dengan ungkapan ka ratau madang dihulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu dikampuang baguno balun yang artinya merantau dahulu karena dikampung halaman belum mampu berbuat untuk keluarga maupun untuk kampung halaman. Pada zaman dahulu pemuda Minangkabau merantau hanya dibekali dengan sedikit materi dan satu buah Alqur’an beserta satu kain sarung yang pada prinsipnya meskipun merantau jangan sampai lupa akan agama. Dengan dua bekal ini pemuda Minangkabau yang sudah ditempa dengan ilmu agama maupun persiapan secara fisik dan mental tidak akan gamang meskipun merantau dengan minim modal materi. Pada akhirnya Ketika sudah meraih kesuksesan dan kemapanan pemuda Minangkabau tidak boleh melupakan jati dirinya. Meskipun sudah sukses pemuda Minangkabau diharapkan tidak lupa dengan kampung halamannya hal ini sangat sesuai dengan ungkapan “satinggi-tinggi tabangnyo bangau, suruiknyo ka kubangan juo” meskipun pemuda Minangkabau sudah berhasil akan kembali ke kampung halamannya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki pemuda Minangkabau yang sudah berhasil akan kembali ke daerah asal membangun daerah agar lebih maju, biasanya kegiatan dilakukan pada setiap lebaran dengan kegiatan Pulang Basamo para pearantau yang sudah sukses. Biasanya para perantau sukses akan mengumpulkan donasi yang diperuntukkan bagi pembangunan fisik maupun non fisik, sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Disinilah akan terlihat antara pemuda yang sukses dan tidak sukses menempa diri meningkatkan taraf kehidupan kearah yang lebih baik selama hidup di perantauan. Bertepatan dengan hari sumpah pemuda 28 Oktober yang diperingati setiap tahunnya hendaknya mampu membangkitkan kembali kesadaran akan hakikat jati diri pemuda Minangkabau dan memotivasi para pemuda untuk berjuang menjadi individu sukses yang akan memegang peranan penting untuk keberlangsungan bangsa dan negara ini kedepan.
 







Posting Komentar

0 Komentar