Mengakhiri
sebuah proses pendidikan pada lembaga formal adalah sebuah prestasi yang
menggembirakan pada setiap individu mulai pada jenjang pendidikan paling bawah
sampai pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tanggal 2 Mei 2017 adalah
hari yang bersejarah bagi siswa, pelajar tingkat SMA/SMK yakni pengumuman
kelulusan bagi siswa.. Namun sangat disayangkan ekspresi euforia merayakan
kelulusan yang kebablasan dengan huru-hara, kebut-kebutan dijalanan, berboncengan
dengan lawan jenis, mengganggu ketertiban umum, coretan yang tidak hanya di
baju tetapi juga di anggota tubuh lainnya sangat tidak mencerminkan pelajar
yang sudah ditempa dengan Ilmu
pengetahuan, Agama, maupun akhlak dan budi pekerti. Bahkan diperlukan aparat
keamanan untuk menertibkan pelajar yang ugal-ugalan dijalanan merayakan
kelulusannya tersebut. Aktifitas ini juga dilakukan pada waktu yang tidak wajar
yakni dari sore sampai menjelang tengah malam, tidak memperduliakn kumandang
azan magrib, mereka bergerombolan dijalanan yang sangat mengganggu ketertiban
umum, berpasangan berboncengan dengan yang bukan muhrimnya. Hal ini sangat
bertentangan spirit pendidikan untuk memperbaiki kualitas manusia apalagi momen
ini juga bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap Tanggal 2 Mei setiap
Tahunnya.
Setiap individu berhak untuk
mengekspresikan bentuk kebahagiaan atas pencapaian prestasinya dalam
menyelesaikan tahapan proses pendidikan yang dilaluinya. Akan tetapi semua
bentuk luapan kegembiraan tersebut haruslah memperhatikan etika, moral dan norma agama yang berlaku di
masyarakat sekitar. Sangat memprihatinkan perilaku mereka memperlihatkan
seolah-olah masa depan mereka sudah jelas, padahal kelulusan yang mereka
rayakan belum menjamin masa depan mereka yang lebih baik. Agaknya peristiwa
tahunan ini yang sudah menjadi tradisi sedikit banyaknya bisa dijadikan acuan
dalam mengambil kebijakan untuk pihak terkait dalam pengejawantahan formula
pendidikan karakter yang aplikatif untuk anak didik agar pendidikan karakter
tidak hanya indah pada taraf teori semata. Seharusnya dari apa yang ditampilkan
siswa akan terlihat karakter siswa yang sudah digembleng akhlak mulia, norma
agama dan etika, bukan sebaliknya malah memperlihatkan kebobrokan akhlak mereka
pada ranah publik yang secara tidak langsung sudah mencoreng lembaga pendidikan
yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan seorang anak.
Banyak pilihan yang positif yang
bisa dilakukan pelajar pada saat mengakhiri proses pendidikan pada sebuah
instansi pendidikan dalam menunjukkan rasa syukurnya atas keberhasilan. Hendaknya
jangan lagi pelajar melakukan aktifitas yang mubazir apalagi mengganggu
kepentingan umum. Sebagai wujud rasa syukur banyak pilihan kegiatan yang bisa
dilakukan oleh siswa misalnya dengan
menyumbangkan seragam, buku, alat tulis dan perlengkapan sekolah yang layak
pakai kepadada siswa yang membutuhkannya, menyantuni masyarakat yang tidak
mampu, menymbang makanan juga pakaian layak pakai, bakti sosial, yang bisa mengurangi
waktu mereka untuk tidak berhuru-hara dan mencoret baju.
Alangkah sangat mulianya wujud rasa
syukur yang mereka perlihatkan kepada masyarakat luas, disinilah letak
kebahagiaan para orangtua dan guru atau masyarakat luas. Namun dari sedemikian
banyak pilihan kegiatan positif belum begitu banyak siswa yang memilih ini.
Semoga kelulusan siswa pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP)
yang bertepatan dengan suasana Bulan Ramadhan tetap memperlihatkan karakter
yang positif sehingga akan terlihat keberhasilan tidak hanya dari aspek
kognitifnya saja namun juga keberhasilan dari segi penanaman karakter yang baik
bagi masing-masing individu.
0 Komentar