Eksistensi
sebuah bangsa di dunia sangat ditentukan oleh kualitas generasi penerusnya. Hal
ini dapat dilihat dilihat dari usia sebuah negara. Lamanya usia dari sebuah
peradaban bangsa tidak menjadi jaminan bahwa bangsa tersebut akan berjaya atau
mampu menguasai perkembangan dunia. Banyak negara / bangsa yang sudah terbentuk
sejak lama perlahan-lahan kalah oleh negara lain yang baru saja dibentuk.
Kuantitas penduduk juga tidak lagi
menjadi jaminan kejayaan sebuah negara tanpa diikuti dengan kualitas dari
setiap individu dari negara tersebut. Seperti yang dimuat diedit.com 10 negara
yang paling sejahtera didunia yang mana posisi ke 3 dan 4 ditempati oleh negara
Singapura dan Brune Darussalam, padahal kedua negara tersebut dilihat dari segi
usia masih sangat muda belia dibanding negara laindibawahnya yang belum
sejahtera.
Negara-negara
besar lahir dari kumpulan orang-orang hebat yang notabene berasal dari para
generasi mudanya yang unggul. Generasi yang unggul merupakan modal yang sangat
berharga untuk sebuah negara agar mampu bersaing dikancah dunia internasional.
Generasi hebat lahir dari pribadi yang kuat, generasi tangguh tidak mudah
rapuh, mempunyai motivasi tinggi, semangat juang dan cita-cita meraih sukses
untuk diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara. Generasi hebat lahir dari sebuah penempaan
diri baik secara intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial. Generasi
hebat tidak akan mudah terkontaminasi oleh berbagai macam pengaruh negatif yang
selalu dikemas dengan berbagai macam cara sehingga perlahan-lahan merasuki jiwa
generasi muda yang labil tersebut. Produk-produk pengrusakan moral tersebut
dikemas dengan semenarik mungkin oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang hanya
memperhatikan keuntungan seacara materi saja, seperti pengusaha dibidang
jaringan telekomunikasi internet dengan merancang games-games online yang
sangat membahayakan untuk perkembangan jiwa / psikologis anak, karena games
tersebut dirancang menuntut emosional pengguna, menanamkan efek kecanduan atau
ketagihan untuk ingin terus bermain. Konten/isi yang ditampilkan sangat tidak
layak (mengandung unsur pornografi bahkan pornoaksi) tidak pantas untuk
dikonsumsi oleh generasi muda apalagi usia pelajar yang otaknya seharusnya
digunakan untuk mengasah kemampuan dibidang ilmu pengetahuan, namun
disia-siakan hanya untuk kegiatan bersenang-senang. Konten lain yang juga
merusak generasi muda seperti tayangan-tayangan yang memuat konten asusila yang
mengakibatkan generasi zaman sekarang tidak lagi mengindahkan norma agama, adat
dan kesopanan, sehingga tidak tidak heran lagi melihat generasi muda zaman
sekarang tidak malu lagi memperlihatkan pergaulan bebas, kebarat-baratan dengan
dalih modernisasi dibuat menarik dengan ungkapan “remaja gaul”. Salah satu
bentuk prakteknya adalah budaya pacaran, sangat miris sekali ketika pacaran
sudah dianggap hal yang lumrah . Defenisi pacaran yang ditampilkan generasi
zaman sekarang sangat berbeda istilah pacaran zaman dahulu yang hanya sekedar
memendam rasa suka, surat-suratan. Pada zaman sekarang aktifitas pacaran yang
dilakukan generasi muda sudah masuk pada tahap yang sangat membahayakan,
bertentangan dengan norma agama dan susila, bahkan tidak sedikit yang
mempraktekkan budaya pacaran ala barat melakukan hubungan suami istri dianggap
sebagai proses perkenalan naudzubillahi minzalik. Untuk membentengi generasi
muda penerus bangsa harus ada keseriusan dan komitmen dari semua pihak untuk
melakukan pembinaan akhlak dan moral agar mereka sadar bahwa ditangan generasi
mudalah kelanjutan eksistensi sebuah bangsa dan negara dipertaruhkan.
Banyak
sekali wadah yang bisa digunakan untuk menampung potensi para generasi muda
penerus bangsa. Tinggal bagaimana membuat formula dan mengarahkan, menanamkan
pentingnya pengembangan potensi diri agar menjadi generasi hebat tanpa maksiat.
Sebagai seorang guru haruslah tanpa henti dan tanpa bosan dalam setiap
kesempatan seperti dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar selalu memasukkan
motivasi diri agar menjadi pribadi yang berprestasi tidak hanya mengandalkan
persoalan akhlak kepada guru bidang studi Agama dan Pkn saja, serta tidak hanya
memasukkan point penilaian karakter pada taraf perencanaan pembelajaran
saja,namun pada praktek keseharian yang sudah menjadi ruh jiwa pendidik.
Sekolah
sebagai salah satu lembaga formal sudah seharusnya kembali mengoptimalkan
wadah-wadah untuk pengembangan potensi
siswa seperti kegiatan ekstra kurikuler dibidang agama, olahraga, seni,
keterampilan secara perlahan mampu mengurangi waktu peserta didik untuk
berhura-hura. Orangtua haruslah menjadi teladan dan partner bagi anak dalam
menjalankan tugas perkembangannya. Jangan hanya menjadi orangtua yang
menyerahkan semua tugas perkembangannya ke pihak sekolah. Seolah-olah sekolah
adalah lembaga yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan masa
depan anaknya. Padahal sebagian besar waktu yang dijalani anak berada dirumah
dan lingkungan masyarakat. Orangtua yang hebat adalah orangtua yang mampu
mempersiapkan masa depan anaknya bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan akan
materi semata akan tetapi bekal hidup berupa aqidah yang kuat, integritas,
kejujuran, semangat kerja keras, dan motivasi positif lainnya. Dengan bekal
hidup tersebut akan mampu membentengi pertumbuhan dan perkembangan anak agar
tidak mudah terkontaminasi oleh pengaruh negatif yang datang dari luar diri
anak.
Masyarakat
juga sangat berperan penting terhadap perkembangan anak demi peradaban bangsa
yang lebih baik dimasa datang. Masyarakat yang apatis atau tidak peduli dengan
sikap sosial generasi muda akan membuat semakin merosotnya akhlak generasi muda
penerus bangsa. Selayaknya dalam masyarakat saling bahu membahu meningkatkan
kepedulian terhadap penyimpangan perilaku generasi muda. Mengaktifkan fungsi
oraganisasi sosial masyarakat, karang taruna, remaja mesjid, dan kegiatan yang
memberdayakan generasi muda di lingkungan masyarakat. Jika tiga komponen (keluarga, masyarakat,
pemerintah) dalam pembinaan generasi muda berjalan dengan baik otomatis
generasi hebat tanpa maksiat bisa kita raiah. Namun jika tiga komponen ini
tidak sinergi mustahil akan terlahir generasi guna penerus bangsa yang
berprestasi dan berintegritas terwujud.
Bertepatan
dengan momentum bulan Ramadhan ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota
Bukittinggi merancang program kegiatan Ramadhan dengan pemberdayaan Mesjid yang
tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai wadah pembinaan akhlak
pelajar dengan merancang materi atau
kegiatan yang memuat unsur penanaman nilai Aqidah Akhlak dan nilai karakter.
Pembelajaran yang biasanya dilaksanakan disekolah dipindahkan ke Mesjid,
Diharapkan melalui program belajar sambil beribadah bagi pelajar kota Bukittinggi di bulan penuh
ampunan ini akan memaksimalkan keberadaan bulan mulia bulan sangat tepat sekali
untuk meraih pahala dengan menebar kebaikan, sebaliknya menjauhi laranganNya
sebagai wujud ingin mendapatkan ampunanNya dan meraih Syurga Insyaallah...
0 Komentar